Abses hati
adalah rongga patologis yang timbul dalam jaringan hati akibat infeksi bakteri, parasit, jamur,yang bersumber dari saluran cerna, yang ditandai andanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi, atau sel darah di dalam parenkim hati.
Abses hati
dapat terbentuk soliter atau multiple dari penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam rongga peritoneum.Abses hati
terbagi 2 yaitu abses hati amebic (AHA) dan piogenik (AHP).Abses hati piogenik
adalah rongga supuratif pada hati yang timbul dalam jaringan hati akibat infeksi bakteri seperti enterobacteriaceae, microaerophilic streptococci, anaerobic streptococci, klebisiella pneumonia, bakteroides, fusobacterium, staphylococcus aureus, salmonella typhi.Sedangkan abses hati amebic disebabkan infeksi entamoeba histolycica.
Abses hati amoebic
lebih banyak terjadi pada laki-laki dan jarang pada anak-anak.Abes hati piogenik dapat terjadi karena beberapa mekanisme:
- Infeksi dari traktus bilier (kolangitis, kolesistitis) atau dari fokus septik sekitarnya (pylephlebitis)
- Komplikasi lanjut dari sfingterektomi endoskopik untuk batu saluran empedu atau 3-6 minggu setelah operasi anastomosi bilier intestinal
- Komplikasi bakteremia dari penyakit abdomen seperti diverticulitis, apendisitis, ulkus peptikum perforasi, keganasan saluran cerna, inflammatory bowel disease, peritonitis, endokarditis bacteria, atau penetrasi benda asing melalui dinding kolon.
- 40% abses hati piogenik tidak diketahui sumber infeksinya.
Adanya flora dalam mulut diduga menjadi penyebabnya, terutama pada pasien dengan penyakit periodontal berat.
Sedangkan abses hati amebik terjadi karena:
- Entamoeba histolytica keluar sebagai trofozoit atau bentuk kista.
Setelah terinfeksi, kista melewati saluran pencernaan dan menjadi trofozoit di kolon, lalu menginvasi mukosa dan menyebabkan ulkus flask shaped.
Selanjutnya organisme dibawa menuju hati dan dapat menyebabkan abses di paru-paru atau otak.
Abses hati dapat ruptur ke dalam pleura, pericardium, dan rongga peritoneum
DIAGNOSIS BANDING
Hepatoma,kolesistitis, tuberculosis hati, aktinomikosis hati
PENATALAKSANAAN
ABSES HATI PIOGENIK
- Pencegahan dengan mengatasi penyakit bilier akut dan infeksi abdomen dengan adekuat.
- Tirah baring, diet tinggi kalori tinggi protein
- Antibiotika spektrum luas atau sesuai hasil kultur kuman:
- Kombinasi antibiotik sebaiknya terdiri dari golongan inhibitor beta laktamase generasi I atau III, golongan beta laktamase dapat diganti dengan fluorokuinolon.
- Kombinasi lain terdiri dari golongan ampisilin, aminoglikosida (jika dicuirgai adanya sumber infeksi dari system bilier) atau sefalosporin generasi III (jika dicurigai adanya sumber infeksi dari kolon) dan klindamisin atau metronidazol (untuk bakteri anaerob).
- Jika dalam waktu 4-72 jam belum ada perbaikan klinis,maka antibiotika diganti dengan antibiotika yang sesuai hasil kultur sensitifitas.
Pengobatan secara parenteral selama minimal 14 hari lalu dapat diubah menjadi oral sampai 6 minggu kemudian.
jika diketahui jenis kuman streptokokus, antibiotik oral dosis tinggi diberikan sampai 6 bulan - Drainase terbuka cairan abses terutama pada kasus yang gagal dengan terapi konservatif atau bila abses berukuran besar (> 5 cm).
Jika abses kecil dapat dilakukan aspirasi berulang.
Pada abses multipel, dilakukan aspirasi jika ukuran abses yang besar, sedangkan abses yang kecil akan menghilang dengan pemberian antibiotik. - Surgical drainage: dilakukan jika drainase perkutaneus tidak komplit dilakukan, ikterik yang persisten, gangguan ginjal, multiloculated abscess, atau adanya ruptur abses
ABSES HATI AMOEBIK
- Metronidazol:
- harus diberikan sebelum dilakukan aspirasi
- Metronidasol 3 x 750 mg setiap hari per oral atau secara intravena selama 7-10 hari.
- Amebisid luminal:
- Iodoquinol 3x650 mg setiap hari selama 20 hari
- Diloxanide furoat 3x500 mg setiap hari selama 10 hari
- Aminosidin (paromomisin) 25-35 mg/kg berat badan setiap hari dalam dosis terbagi tiga selama 7-10 hari
- Aspirasi cairan abses:
- Indikasi:
- Tidak respon terhadap pemberian antibiotik selama 5-7 hari
- Jika abses di lobus hati kiri berdekatan dengan perikardium
- Dilakukan jika diagnosa belum dapat ditentukan (merah tengguli)
- Adanya cairan aspirasi berwarna merah-kecoklatan mendukung diagnosis ke arah abses amebik
- Tropozoit jarang dapat terindentifikasi.
KOMPLIKASI
Abses hati piogenik
- Empiema paru
- Efusi pleura atau pericardium
- Trombosis vena portal atau vena splanknik
- Ruptur ke dalam perikardium atau thoraks
- Terbentuknya fistel abdomen
- Sepsis
- Metastatic septic endophthalmitis terjadi pada 10 % pasien dengan diabetes mellitus karena infeksi Klebsiella pneumonia.
Abses hati AMOEBIK
Koinfeksi dengan infeksi bakteri, kegagalan multiorgan, dan ruptur ke dalam peritoneum, rongga thoraks, dan perikardium.
Lain-lain dapat sama dengan komplikasi abses piogenik di atas.
PROGNOSIS
Jika diterapi dengan antibiotika yang sesuai dan dilakukan drainase, angka kematian adalah 10-16%.
Abses piogenik yang unilokular abses di lobus kanan hati mempunyai prognosis lebih baik dengan angka harapan hidup 90%.
Jika abses multipel terutama yang mengenai traktus bilier, akan mempunyai prognosis lebih buruk.
Pada abses amoebik yang berada di lobus kiri lebih besar kemungkinan ruptur ke peritoneum.
Prognosis buruk jika terjadi keterlambatan diagnosis dan penanganan serta hasil kultur memperlihatkan adanya bakteri yang multipel, tidak dilakukan drainase, adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleura, atau adanya penyakit lain seperti keganasan bilier, disfungsi multiorgan, sepsis.
REFERENSI
- Sherlock S, Dooley J. Tumours of the Gallbladder and Bile Ducts. In:: Dooley J, Lok A, Burroughs A, Heathcote. Diseases of the Liver and biliary System. 12'" ed. UK: Blackwell Science. P.632-659.
- Kim A Y, Chung RT. BacteriaL Parasitic, and Fungal Infections of the Liver, Including Liver Abscess .. In: Feldman M, Friedman L, Brandt L. Sleisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease: Pathophysiology/Diagnosis/Management. 9'" ed. USA: Elsevier. Chapter 82.
- Nazir NT, Penfield JD, Hajjar V. Pyogenic liver abscess. Cleveland Clinic Journal of Medicine July 2010 vol. 777 426-427. Diunduh dari http:/ /www.ccjm.org/content/77 /7 /426.full pad a tanggal 20 Juni 2012