-->

Ushul Fiqih Mabadi Awaliyah

DAFTAR ISI MABADI


  1. Al-Qism al-awwal Ushul al-Fiqh
  2. Al-Ahkam
  3. Al-Mabhats al-awwal fiy al-Amr
  4. Al-Mabhats al-tsani fiy al-Nahyi
  5. Al-Mabhats al-talits fiy al-'Am
  6. Al-Mabhats al-al-rabi' fiy al-Khas wa al-Takhshis
  7. Al-Mabhats al-khamis fiy al-Naskh
  8. Al-Mabhats al-sadis fiy al-Mujmal
  9. Al-Mabhats al-sabi' fiy al-Muthlaq wa al-Muqayyad
  10. Al-Mabhats al-tsamin fiy al-Mafhum wa al-Mantuq
  11. Al-Mabhats al-tasi' fiy Fi'l shahib al-syari'ah
  12. Al-Mabhats al-'asyir fiy Iqrar shahib al-syari'ah
  13. Al-Mabhats al-hadiy 'asyara fiy al-Ijma'
  14. Al-Mabhats al-tsani 'asyara fiy al-Qiyas
  15. Al-Mabhats al-tsalits 'asyara fiy al-Ijtihad, al-Ittiba', al-Taqlid
  16. Al-Qism al-tsani Qawa'id al-Fiqh
  17. Kaidah ke-1
  18. Kaidah ke-2
  19. Kaidah ke-3
  20. Kaidah ke-4
  21. Kaidah ke-6
  22. Kaidah ke-5
  23. Kaidah ke-7
  24. Kaidah ke-8
  25. Kaidah ke-9
  26. Kaidah ke-10
  27. Kaidah ke-11
  28. Kaidah ke-12
  29. Kaidah ke-13
  30. Kaidah ke-14
  31. Kaidah ke-15
  32. Kaidah ke-16
  33. Kaidah ke-17
  34. Kaidah ke-18
  35. Kaidah ke-19
  36. Kaidah ke-20
  37. Kaidah ke-21
  38. Kaidah ke-22
  39. Kaidah ke-23
  40. Kaidah ke-24
  41. Kaidah ke-25
  42. Kaidah ke-26
  43. Kaidah ke-27
  44. Kaidah ke-28
  45. Kaidah ke-29
  46. Kaidah ke-30
  47. Kaidah ke-31
  48. Kaidah ke-32
  49. Kaidah ke-33
  50. Kaidah ke-34
  51. Kaidah ke-35
  52. Kaidah ke-36
  53. Kaidah ke-37
  54. Kaidah ke-38
  55. Kaidah ke-39
  56. Kaidah ke-40




BAGIAN AWAL "USHUL FIQIH"



﴿ القسم الأول ﴾
فى اصول الفقه

الأصل لغة ما بني عليه غيره كأصل الشجرة أي أساسه وأصل الشجرة أى طرفها الثابت فى الأرض فأصول الفقه أساسه والفرع ما بني عليه غيره كفروع الشجرة لأصلها وفروع الفقه لأصوله

والأصل إصطلاحا يقال على الدليل والقاعدة الكلية كقولهم أصل وجوب الصلاة الكتاب أي الدليل على وجوبها الكتاب قال الله تعالى أقيموا الصلاة...الاية وقولهم إباحة الميتة للمضطر خلافُ الاصل اي مخالف للقاعدة الكلية وهي كل ميتة حرام قال الله تعالى انما حرم عليكم الميتة...الاية

أصول الفقه دليل الفقه على سبيل الاجمال كقولهم : مطلق الأمر للوجوب ومطلق النهي للتحريم ومطلق فعل النبى صلى الله عليه وسلم ومطلق الاجماع ومطلق القياس حجج

الفقه لغة الفهم فقهت كلامك أى فهمته وﺇصطلاحا العلم بالأحكام الشرعية التى طريقها الاجتهاد كالعلم بأن النية فى الوضوء واجبة ونحو ذلك من المسايل الاجتهادية قال النبي صلى الله عليه وسلم " ﺇنما الأعمال بالنية " رواه البخارى. بخلاف العلم بالأحكام التى ليس طريقها الاجتهاد كالعلم بأن الصلوات الخمس واجبة وأن الزنا محرم ونحو ذلك من المسايل القطعية فلا يسمى العلم بما ذكر فقها.

العلم : صفة ينكشف بها المطلوب ﺇنكشافا تاما

والجهل : عدم العلم بالشيء

والظن : الادراك الراجح لأحد الأمرين

والوهم الادراك المرجوح لأحد الأمرين

والشك : الادراك المستوى بين الأمرين

فتردد فى قيام زيد ونفيه على السواء شك ومع رجحان الثبوت والانتفاء ظن ومع مرجوح فى أحدهما وهم والمراد بالعلم فى تعريف الفقه يشمل الظن 


Terjemah:


Bagian awal
"Ushul Fiqih"
Asal (al-ashlu) secara bahasa adalah sesuatu yang menjadi sandaran. Seperti akar yang menjadi dasar tumbuhnya sebuah pohon dan ushul al-fiqh yang menjadi pondasi fiqh. Sedangkan cabang (al-far') adalah sesuatu yang dididrikan diatas sesuatu yang lain. Seperti cabang-cabang pohon (batang dan lainnya) yang berdiri diatas akarnya, dan fiqh yang berdiri diatas ushul-nya.

Menurut istilah asal adalah dalil dan kaidah kulliyat. Seperti perkataan ulama' bahwa dasar wajibnya shalat adalah al-Kitab (al-Quran). Maksudnya dalil yang mewajibkan shalat adalah al-Quran. Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah (2): 43.

  ...الاية 

Artinya : “….dan dirikanlah shalat…”

Pendapat ulama' yang menyatakan diperbolehkannya memakan bangkai dalam kondisi darurat (emergency), adalah bertentangan dengan kaidah kulliyat yang berbunyi; "kullu mayyitah harām" artinya : setiap bangkai haram hukumnya. Kaidah ini bersumber dari firman Allah SWT. Yang berbunyi :

" " انما حرم عليكم الميتة

Ushul fiqh merupakan dalil fiqh global. Seperti kemutlakan amr (perintah) menunjukkan makna wajib, mutlaknya nahi (larangan) menunjukkan keharaman, mutlaknya perbuatan Nabi (af'al al-Nabi), mutlaknya ijma', dan mutlaknya qiyas yang kesemuanya itu merupakan hujjah.

lafal “fiqh” dalam bahasa Arab mempunyai arti faham (al-fahm). Sedangkan dalam terminologi syar'iy, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syari'at yang diperoleh dengan jalan ijtihad. Seperti mengetahui bahwa niat dalam wudhu merupakan suatu kewajiban, dan berbagai permasalahan lain yang masuk dalam ranah ijtihadiyah. Fiqh, berbeda dengan hukum-hukum syari'at yang diketahui tanpa menggunakan metode ijtihad. Seperti mengetahui bahwa shalat lima waktu adalah wajib, perbuatan zina adalah haram, dan berbagai permasalahan lain yang ditetapkan dengan dalil qath'iy. Ilmu seperti ini tidak dinamakan fiqih.

Sedangkan ilmu (العلم) adalah sifat yang dengannya sesuatu yang di kehendaki bisa diketahui dengan sempurna. bodoh (الجهل) adalah tidak adanya pengetahuan akan sesuatu perkara. Dzan (الظن) adalah menilai sesuatu yang lebih kuat dari dua perkara. Wahm (الوهم) adalah menemukan sesuatu yang kurang kuat dari dua perkara. Syak (الشك) adalah menemukan persamaan pada dua perkara.

Keraguan yang timbul tentanga antara apakah seseorang bernama Zaid sedang berdiri atau tidak yang sama-sama kuat dinamakan syak, jika lebih unggul salah satunya dinamakan dzan, dan ketika mengunggulkan salah satu antara keadaan Zaid sedang berdiri atau tidak sedang berdiri dinamakan wahm. Dalam kaitan ini, ilmu dalam pengertian fiqih mengandung pengertian dzan (prasangka). Maksudnya, sebagaimana dalam pembahasan selanjutnya, akan diketemukan adanya kaidah yang menyatakan bahwa produk ijtihad sebagai salah satu mekanisme metode penggalian hukum dalam islam masuk dalam kategori zdanniy (prasangka) dan bukannya qath'iy (pasti).



PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT



﴿ الأحكام ﴾
الأحكام تسعة : الواجب والمندوب والمباح والحرام والمكروه والصحيح والباطل والرخصة والعزيمة.

فالواجب : مايثاب على فعله ويعاقب على تركه . كالصلوات الخمس وصوم رمضان.

المندوب : مايثاب على فعله ولايعاقب على تركه . كتحية المسجد.

الحرام : مايثاب على تركه ويعاقب على فعله . كالربا وفعل المفسدة

المكروه : مايثاب على تركه ولايعاقب على فعله . كتقديم اليسرى على اليمنى فى الوضوء

المباح : ما لا يثاب على فعله ولايعاقب على تركه . كالنوم فى النهار.

الصحيح : ما يجتمع فيه الركن والشرط

الباطل : ما لا يجتمع فيه الركن والشرط

الركن : ما يتوقف عليه صحة الشيء وكان جزأ منه. كغسل الوجه للوضوء وتكبيرة الاحرام للصلاة

الشرط : ما يتوقف عليه صحة الشيء وليس جزأ منه. كماء مطلق للوضوء وستر العورة للصلاة.

الرخصة : هي الحكم الذى يتغير من سعوبة الى سهولة مع قيام سبب الحكم الاصلي . كجوز الفطر للمسافر لا يجهده الصوم وأكل الميتة للمضطر

العزيمة : هي الحكم كوجوب الصلوابت الخمس وحرمة اكل الميتة لغير المضطر.


Terjemah:


Pembagian Hukum Syari'at
Al-Ahkam al-Syar’iy (hukum-hukum syariat) dibagi menjadi sembilan, yaitu: wajib, mandub, mubah, haram, makruh, sahih, bathil, rukhshah dan 'azimah. Adapun definisi masing-masing sembilan hukum tersebut adalah sebagai berikut: 
  1. Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan ketika ditinggalkan akan disiksa. Seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.
  2. Mandub, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan apabila ditinggalkan tidak akan disiksa. Seperti shalat tahiyat masjid.
  3. Haram, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan akan diberi pahala dan apabila dikerjakan akan disiksa. Seperti riba dan melakukan kerusakan.
  4. Makruh, yaitu sesuatu yang diberi pahala apabila ditinggalkan, tapi tidak disiksa apabila dikerjakan. Seperti mendahulukan bagian yang kiri dalam wudhu.
  5. Mubah, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan dan dikerjakan tidak mendapat pahala dan siksa. Seperti tidur siang hari.
  6. Shahih, yaitu sesuatu yang didalamnya mencakup rukun dan syarat.
  7. Bathil, yaitu sesuatu yang didalamnya tidak mencakup rukun dan syarat.
  8. Rukun adalah sesuatu yang menyebabakan sahnya sesuatu (pekerjaan) dan ia merupakan bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti membasuh wajah dalam berwudhu dan takbiratul ihram dalam shalat. Adapun syarat adalah sesuatu yang menyebabkan sahnya sesuatu (pekerjaan), namun ia bukanlah bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) tersebut.
  9. Rukhshah, yaitu perubahan hukum dari berat menjadi ringan, sedangkan sebab hukum asalnya masih tetap. Seperti diperbolehkannya membatalkan puasa bagi musafir meskipun ia tidak merasa keberatan untuk melanjutkan puasanya. Dan diperbolehkan memakan bangkai bagi orang yang terpaksa.
  10. ‘Azimah, yaitu hukum seperti kewajiban shalat lima waktu dan haramnya memakan bangkai bagi yang tidak terpaksa.





Pembahasan ke 1



ويتعلق باصول الفقه مباحث
﴿ المبحث الاول في الامر ﴾

وهو طلب الفعل من الأعلي الي الادني

فيه قواعد :

۱. الاصل فى الامر للوجوب الا ما دل الدليل علي خلافه قال تعالى واقيموا الصلاة واتوا الزكاة...الاية

٢. الاصل فى الامر لا يقتضى التكرار الا ما دل الدليل علي خلافه قال تعالى    ...الأية

٣. الاصل فى الامر لا يقتضى الفور. لان الغرض منه ايجاد الفعل من غير اختصاص بالزمن الاول دون الزمن الثاني.

٤. الامر بالشيء امر بوسايله. الامر بالصلاة امر بالطهارة.

٥. الامر بالشيء نهي عن ضده. قال الله تعالى  •• ...الأية

٦. اذا فُعِل المأمور به على وجهه يخرج المأمور عن عهدة الامر. فاذا عدم الشخص الماء فتيمم فصلي خرج عن عهدة الامر. فلا قضاء عليه اذا وجد الماء.

Terjemah

Pembahasan Ke - 1
AL-AMR
Al-Amr (perintah) yaitu tuntutan untuk mengerjakan dari atasan kepada bawahannya. Dalam pembahasan amr ini terdapat beberapa kaidah sebagai berikut :
  1. Perintah (amr) pada dasarnya menunjukkan wujub, kecuali ada dalil yang menunjukkan selainnya. Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2): 43.
       ...الاية 

    Artinya:
    “…dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat…”
  2. Perintah (amr) pada dasarnya tidak memiliki konsekuensi pengulangan, kecuali ada dalil yang menunjukkan selainnya.
  3. Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2):196.
         ..الأية

    Artinya :
    “…dan sempurnakanlah haji dan umroh karena Allah…”
  4. Perintah (amr) pada dasarnya tidak memiliki konsekuensi untuk segera dikerjakan. Tujuan amr (perintah) adalah terwujudnya suatu pekerjaan tanpa adanya pengkhususan dengan waktu awal.
  5. Perintah (amr) terhadap sesuatu berarti juga perintah kepada hal-hal yang menjadi wasilah (medium) timbulnya sesuatu tersebut.
  6. Contoh perintah shalat berarti perintah untuk bersuci.
  7. Perintah terhadap sesuatu berarti larangan (nahi) terhadap hal-hal yang berlawanan dengan sesuatu tersebut.
  8. Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2):83.
     ••  ..الأية 

    Artinya :
    “….dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia...”
  9. Ketika suatu perintah telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuannya maka orang yang dikenai perintah telah terbebas dari ikatan (perjanjian) amr tersebut. seperti ketika seseorang yang tidak menemukan air (untuk wudhu) kemudian tayamum dan mengerjakan shalat, maka ia tidak wajib qadha (mengulang) shalat ketika menemukan air.





Pembahasan ke 2 (Al-Nahy "larangan")



﴿ المبحث الثانى فى النهي ﴾

وهو طلب الترك من الاعلي الي الادني

فيه قواعد :

۱. الاصل فى النهي للتحريم الا ما دل الدليل علي خلافه قال تعالى ولا تفسدوا فى الارض بعد اصلاحها.

٢. النهي عن الشيء امربضده. قال تعالى              ••   

٣. الاصل في النهي يدل على فساد المنهي عنه فى العبادة. كالصلاة الحايض والصومها.

٤. النهي يدل على فساد المنهي عنه فى المعاملات اِنْ رجع النهي الي نفس العقد كما فى بيع الحصاة. نهي صلي الله عليه وسلم عن بيع الحصاة رواه مسلم. ان رجع الى امر خارج عن العقد غير لازم فلا. كما فى البيع وقت نداء الجمعة. قال الله تعالى                ...الاية. للاخلال بالسعي الواجب الي الجمعة. والاخلال يوجد بالبيع وبغيره كالأكل.

Terjemah:


Pembahasan Ke - 2 AL-NAHY
Al-Nahy (larangan) adalah tuntutan untuk meninggalkan (suatu pekerjaan) dari atasan kepada bawahannya. Pembahasan larangan (al-nahy) meliputi beberapa kaidah sebagai berikut: 
  1. Larangan (al-nahy) pada dasarnya menunjukkan keharaman (sesuatu yang dilarang), kecuali adanya petunjuk (dalil) sebaliknya.
  2. Larangan (al-nahy) akan suatu hal (dapat diartikan sebagai) perintah akan hal-hal yang berlawanan atau kebalikan dari yang dilarang. Allah berfirman QS. al-Baqarah (2):188.
  3.              ••    
    Artinya:
    “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
  4. Larangan (al-nahy) pada dasarnya menunjukkan rusaknya sesuatu yang dilarang dalam ibadah. Seperti shalat dan puasanya perempuan yang haidh.
  5. Larangan (al-nahy) pada dasarnya menunjukkan rusaknya sesuatu yang dilarang dalam muamalah. Hal ini terjadi ketika larangan itu dikembalikan kepada kondisi akad (nafs al-'aqd), seperti bai' al-hashot (jual beli dengan cara melemparkan batu kecil atau spekulasi). Namun ketika larangan itu dikembalikan kepada sesuatu yang keluar dari transaksi (faktor eksternal) yang tidak tetap, maka sesuatu yang dilarang tersebut tidak rusak. Seperti hanya jual beli pada waktu adzan jum'at.
  6. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Jum’ah (62):9.

                          
    Artinya :
    “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. al-Jum'ah 9).





Pembahasan Ke 3 (Al-'Am)



﴿ المبحث الثالث فى العام ﴾

وهو ما عم شييين فصاعدا من غير حصر. والالفاظ الموضحة له اربعة :

الاسم الواحد المعرف باللام قال تعالى " •      ...الاية "

والاسم الجمع المعرف باللام قال تعالى "             •    "

ولا فى النكرات قال تعالى •       ...الاية

والاسماء المبهمة كمن فى من يعقل قال تعالى "       " وما فى ما لا يعقل قال تعالى "     " واي قال تعالى " ايامّا تدعوا فله الاسماءالحسنى...الأية " واين فى المكانقال تعالى "     ...الأية " ومتى فى الزمن. متى سفرت فانت طالق 



Terjemah:

Pembahasan Ke - 3
AL-'AM

Al-'Am (العام) adalah sesuatu yang meliputi dua hal atau lebih tanpa adanya batasan. Lafazd-lafazd yang digunakan untuk menunjukkan makna 'am ada empat, yaitu:
  1. Isim wahid (mufrod) yang di-ma'rifat-kan dengan huruf lam. Seperti QS. al-Ashr (103): 2-3.

  2. •       ..الاية

    Artinya :
    "Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali mereka yang beriman…"
  3. Isim jama' yang di-ma'rifat-kan dengan huruf lam. Contoh QS. al-Baqarah (2):195.

  4.             •    

    Artinya :
    “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
  5. huruf la yang me-nafi-kan pada isim nakiroh. Contoh QS. al-Baqarah(2): 48.

  6. •                   

    Artinya:
    “Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.”
  7. Isim-isim mubham
    1. Lafal “من“ bagi sesuatu yang berakal. Contoh firman Allah QS. al-Zalzalah (99): 7.
            

      Artinya:
      "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
    2. Lafal ما bagi yang tidak berakal. Contoh firman Allah QS. al-Hujarat (49): 18.
      •           

      Artinya:
      “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
    3. Lafal ايٌّ. Contoh :
      ايامّا تدعوا فله الاسماءالحسنى..الأية
    4. Lafal اَيْنَ yang menunjukkan tempat. Contoh QS. al-Nisa' (4): 78.
         

      Artinya:
      “Dimanapun kamu berada kematian akan mendapatkan kamu…”
    5. Lafal متىyang menunjukkan zaman. Contoh :
      متى سفرتِ فانتِ طالق 




Pembahasan Ke 4 (Al-khas)


﴿المبحث الثالث فى الخاص والتخصيص﴾

والخاص : ما لا يتناول شييين فصاعدا من غير حصر

والتخصيص : اخراج بعض مدلول العام

وهو قسمان : متصل ومنفصل

فالمتصل انواع :

منها الاستثناء. قال تعالى " •       ...الآية "

منها التقيد بالصفة. قال تعالى "    ...الآية "

منها التخصيص بالغية. قال تعالى "      ...الآية "

منها التخصيص بالبدل. قال تعالى " ولله على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيلا...الآية "

فالمنفصل انواع :

۱. تخصيص الكتاب بالكتاب. قال تعالى "    ...الآية " خصص بقوله تعالى اليوم احل الى قوله تعالى "...والمحصنات من الذين اوتو الكتاب من قبلكم... الاية " اي حل لكم

٢. تخصيص الكتاب بالسنة . قال الله تعالى "          ...الآية " الشامل للولد الكافر خصص بحديث الصحيحين " لايرث المسلم الكافر ولا الكافر المسلم "

٣. تخصيص السنة بالكتاب , كتحصيص حديث الصحيحين " لا يقبل صلاة احدكم اذا احدث حتى يتوضأ " بقوله تعالى " وان كنتم مرضى الي قوله تعالى فلم تجدوا ماء فتيمموا...الاية "

٤. تخصيص كتحصيص حديث الصحيحين " فيما سقت السماء العشر" بحديثهما " ليس فيما دون خمسة اوسق صدقة "

٥. تخصيص الكتاب بالقياس , كقوله تعالى " الزانية والزانى فاجلدوا كل واحد منهما ماية جلدة...الاية " فانه خصص منها الامة فعليها نصف ذلك بقوله تعالى "            ...الاية " والعبد فالقياس على الامة فى النصف ايضا

٦. تخصيص السنة بالقياس كقوله صلى الله عليه وسلم " لي الواجد يحل عرضه وعقوبته رواه احمد وابن ماجه " وهذا فى غير الوالد مع ولده اما هو فانه لايحل عرضه وعقوبته قياسا على عدم قول اف الثابت بقوله تعالى "     ...الاية " بالأولى 


Terjemah:


Pembahasan Ke - 4
AL-KHAS DAN AL-TAKHSHIS

Al-khas (الخاص) adalah sesuatu yang tidak mengandung dua makna atau lebih tanpa adanya batasan. Sedangkan al-takhshish (التخصيص) adalah mengeluarkan sebagian yang ditunjukkan 'am. Takhshis dibagi menjadi dua, yaitu; takhshis muttashil (bersamaan) dan takhshis munfashil (terpisah).

Macam-macam takhshis muttasil : 
  1. Pengecualian (al-Istisna'). Contoh: QS. al-‘Ashr (103): 2-3.

  2. •       ..الاية


    Artinya:
    “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali mereka yang beriman…”
  3. Pembatasan (al-taqyid) dengan sifat. Contoh firman Allah SWT dalam QS. al-Nisa' (4): 96.

  4.    ...الآية

    Artinya:
    “(Hendaklah) Ia memerdekakan seorang hamba yang beriman…”
  5. Pengecualian dengan dengan batas (ghayah). Contoh QS. al-Baqarah (2): 222.

  6.      ..الاية 

    Artinya:
    “Dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci…”
  7. Pengecualian dengan pengganti (badal). Contoh QS. Ali ‘Imron(3): 97.

  8.   ••        ...الآية

    Artinya:
    “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah...”


Macam-macam takhshish munfashil:
  1. Pengecualian al-kitab (al-Qur’an) dengan al-kitab (al-Qur’an). Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah (2): 221.

  2.    ...الآية

    Artinya:
    “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik…”

    ayat ini ditakhsis dengan Firman Allah SWT dalam QS. al-Maidah (5): 5,

    اليوم احل الى قوله تعالى...والمحصنات من الذين اوتو الكتاب من قبلكم... الاية

     •                                             

    Artinya:
    “Pada hari ini dihalalkan –sampai pada firman Allah ta'ala- Dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang di beri al-kitab sebelum kamu…”
  3. Pengecualian al-kitab (al-Qur’an) dengan al-sunah (al-Hadits). Firman Allah dalam QS. al-Nisa' (4):11.

  4.          ...الآية 

    Artinya:
    “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pustaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan…”
    Ayat diatas mengandung pengertian bahwa yang mendapat waris termasuk anak kafir tapi ayat tersebut ditakhsis dengan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:

    لايرث المسلم الكافر ولا الكافر المسلم

    Artinya:
    “Seorang anak muslim tidak mendapatkan warisan dari orang tua kafir dan anak kafir tidak mendapatkan warisan dari orang tua muslim.”
  5. Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Kitab (al-Qur’an). Seperti hadits riwayat Bukhari Muslim yang menerangkan bahwa Allah SWT tidak akan menerima shalat seseorang yang masih dalam keadaan hadats sampai dia berwudhu.

  6. لا يقبل صلاة احدكم اذا احدث حتى يتوضأ

    Artinya :
    Allah tidak menerima shalat kalian, ketika berhadast sehingga kalian berwudhu.

    Hadits ini di takhsis dengan firman Allah QS.al-Nisa' (4): 43.

                      ...الاية 

    Artinya:
    “Dan jika kamu sakit –sampai pada firman Allah- kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah…”
  7. Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Sunnah (al-Hadits). Contoh hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

  8. فيما سقت السماء العشر

    Artinya:
    “Setiap (zar') yang disirami dengan air hujan zakatnya sebesar seper sepuluh.”

    Hadits ini ditakhsis dengan hadits riwayat Bukhori dan Muslim :

    ليس فيما دون خمسة اوسق صدقة

    Artinya:
    “Setiap (zar') yang kurang dari lima wasaq tidak ada zakat.”
  9. Pengecualian al-kitab (al-Qur’an) dengan Qiyas. Contoh QS. al-Nur (24):3.

  10. • •  •                         

    Artinya:
    Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
    Ayat tersebut di takhsis dengan ayat yang menerangkan hukum derap/jilid terhadap budak perempuan (amat) yang hanya dijilid separuh dari ketentuan ayat. Allah SWT. berfirman QS. al-Nisa' (4):25.

              ...الاية 

    Artinya:
    “Kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami…”
    Adapun untuk seorang budak (‘abd) di-qiyas-kan kepada amat yaitu setengah dari ketentuan yang telah disebutkan diatas.
  11. Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Qiyas. Contoh sabda Rasulullah SAW. :

  12. لي الواجد يحل عرضه ا وعقوبته رواه احمد وابن ماجه

    Artinya:
    “Orang kaya yang berpaling dari membayar hutang maka halal kehormatan dan keperwiraannya “ (HR. Ahmad dan Ibn Majjah.)
    Dikecualikan dari ketentuan hadits diatas, yaitu orang tua yang menunda-nunda membayar hutang pada anaknya meskipun sudah mampu untuk membayarnya. Maka bagi orang tua yang berpaling dari membayar hutang tidak dihalalkan kehormatan dan keperwiraannya karena dengan memakai qiyas awla tidak diperbolehkannya mengucapkan kata-kata kasar kepada mereka yang telah ditetapkan dalam QS. Al-Isra' (17):23.

        ...الاية 

    Artinya:
    “…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"…”




Pemahaman ke 5 (Nasikh & mansukh)



﴿المبحث الخامس فى النسخ﴾

وهو لغة الازالة . يقال نسخت الشمس الظل اذا ازالته ورفعته بانبساطها وقيل معناه النقل من قولهم نسخت ما فى هذا الكتاب اذا نقلت ما فيه الى اخر

وشرعا : رفع حكم شرعي بدليل شرعى متأخر. وينقسم النسخ عند بعضهم الى اقسام :

۱. نسخ الرسم وبقاء الحكم نحو الشيخ والشيخة اذا زنيا فارجموهما البتة. قال عمر رضي الله عنه فانال قد قرأناها. رواه الشافعى وغيره. وقد رجم صلى الله عليه وسلم المحصنين متفق عليه. وهما المراد بالشيخ والشيخة

٢. ونسخ الحكم وبقاء الرسم. قال تعالى " والذين يتوفون منكم ويذرون ازواجا وصية لازواجهم متاعا الى الحول...الاية " نسخ باية "          ...الاية "

٣. ونسخ الامرين معا كحديث المسلم عن عايسة " كان فِيْما انزل عشر رضعات معلومات يحرمن " فنسخن بخمس معلومات يحرمن. ويجوز نسخ الكتاب بالكتاب كما تقدم فى اية العدة.

٤. ونسخ السنة بالكتاب. كاستقبال بيت المقدس الثابت بالسنة الفعلية فى حديث الصحيحين فانه صلى الله عليه وسلم استقبله فى الصلاة ستة عشر شهرا نسخ بقوله تعالى "      ...الاية "

٥. ونسخ السنة بالسنة كحديث مسلم " كنت نهيتكم عن زيارة القبر فزورها " وقال بعضهم يجوز نسخ الكتاب بالسنة كقوله تعالى " كتب عليكم اذا حضر احدكم الموت ان ترك خيرا الوصية للولدين والاقربين...الاية " نسخ بقوله صلى الله عليه وسلم " لاوصية لورث " رواه الترمذي وابن ماجه.

Terjemah:


Pembahasan Ke - 5
NASIKH DAN MANSUKH

Al-Nãsikh (الناسخ) secara bahasa berarti menghilangkan, menghapus, atau memindah. Dalam tinjauan syara', al-nãsikh adalah menghilangkan atau membatalkan hukum syara' yang telah ditetapkan terdahulu dengan dalil syara' yang baru. Al-Nãsikh menurut sebagian ulama' terbagi menjadi:
  1. Menghapus tulisan (al-rasm) dan menetapkan hukum.

  2. Contoh hadits Nabi SAW:

    الشيخ والشيخة اذا زنيا فارجموهما البتة
    Sahabat ‘umar RA berkata bahwa sesungguhnya kami telah membaca hadits dan bahwasanya nabi SAW telah memberlakukan hukum ranjam terhadap dua orang yang berzina muhshon. Maksud lafal محصنين dalam hadits diatas adalah الشيخ والشيخجة
  3. Menghapus hukum dan menetapkan tulisan (al-rasm).
  4. Contoh QS. al-Baqarah (2): 240.

           ••                 •     

    Artinya:
    Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

    Ayat ini di nasikh dengan QS. al-Baqarah (2): 234.

              ...الاية 

    Artinya:
    “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
  5. Menghapus dua perkara (hukum dan tulisan) secara bersamaan.
  6. Seperti hadits riwayat Muslim dari 'aisyah ra.

    كان فِيما انزل عشر رضعات معلومات يحرمن
    Hadits yang menerangkan bahwa yang dapat menyebabkan haramnya sebuah pernikahan sepuluh kali susushan yang diketahui ini kemudian dinasikh dengan hadits yang menerangkan lima kali susuan yang mengharamkan:

    بخمس معلومات يحرمن
    Me-nasikh al-Kitab (ayat Al-Quran) dengan al-Kitab (ayat al-Quran lain) juga diperbolehkan, seperti dalam ayat tentang 'iddah perempuan sebagaimana yang diterangkan diatas.
  7. Menghapus al-Sunah dengan al-Kitab.
  8. Seperti menghadap Baitul maqdis dalam shalat yang ditetapkan dengan sunah fi'liyah (perbuatan Nabi). Dalam hadits riwayat Bukhori Muslim disebutkan "bahwasahnya Nabi SAW menghadap baitul maqdis dalam shalatnya selama 16 bulan ". Hadits kemudian dinasikh dengan firman Allah QS. al-Baqarah (2): 144.

           •                 •               

    Artinya:
    “Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langi, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
  9. Nasikh al-Sunah dengan al-Sunah. Seperti hadits riwayat imam Muslim:

  10. كنت نهيتكم عن زيارة القبر فزورها

    Artinya:
    “(dulu) Aku (Nabi) melarang kalian ziarah kubur. Maka (sekarang) Berziarahlah kalian. “
    Sebagian ulama' juga ada yang berpendapat tentang diperbolehkannya menasikh al-kitab dengan al-sunah. Seperti firman Allah QS al-Baqarah :(2) 180,

            •         

    Artinya: 
    “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”

    Ayat diatas dinaskh oleh sabda Nabi SAW:

    لاوصية لورث رواه الترمذي وابن ماجه

    Artiny:
    “Tidak ada wasiat bagi ahli waris.” (HR. al-Tirmidzi dan Ibn Majjah.)




Pemahaman ke 6 (Mujmal & Bayan)



﴿المبحث السادس فى المجمل﴾

المجمل : ما يفتقر الى البيان كلفظ قرء من قوله تعالى " والمطلقات يتربصن بانفسهن ثلاثة قروء " فانه يحتمل الحيض والاطهار لاشتراك القرء بين الحيض والطهر.

والبيان : اخراج الشيء من حيز الاشكال الى حيز التجلى وهو انواع :

١. بيان بالقول كقوله تعالى فى صوم التمتع " فصيام ثلاثة ايام فى الحج وسبعة اذا رجعتم تلك عشرة كاملة "

٢. بيان بالفعل كبيان فعل النبى صلى الله عليه وسلم كيفية الصلاة وغيرها

٣. بيان بالكتاب كبيان مقادر الزكاة وديات الاعضاء , فانه صلى الله عليه وسلم بينهما بكتبه المشهورة.

٤. بيان بالاشارة كقوله صلى الله عليه وسلم " الشهر كذا وكذا وكذا " يعنى ثلاثين يوما, ثم اعاد الاشارة باصابعه ثلاث مرات وحبس ابهامه فى الثالثة اشارة الى ان الشهر قد يكون تسعة وعسرين.


Terjemah:


Pembahasan Ke - 6
Mujmal & Bayan

Mujmal (المجمل) adalah sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Contoh seperti lafal قروء pada ayat:

والمطلقات يتربصن بانفسهن ثلاثة قروء

karena ada persekutuan makna dalam lafal al-quru' maka memungkinkan lafal tersebut mempunyai arti haidh dan suci.

Bayan (البيان) adalah mengeluarkan sesuatu dari kondisi musykil kepada kondisi jelas. Bayan dibagi menjadi:
  1. Bayan (penjelas) dengan ucapan (bi al-qawl) seperti pada firman Allah SWT. yang menerangkan puasa tamatu' QS. Al-Baqarah (2): 196.

  2.             ...الاية 

    Artinya:
    “…Maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kalian semua telah pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna...”
  3. Bayan dengan perbuatan atau pekerjaan. seperti pekerjaan Nabi yang menjelaskan tata cara shalat dan lainnya.
  4. Bayan dengan tulisan (kutub). Seperti bayan akan kadar zakat, dan diyat anggota badan sebagaimana yang telah dijelaskan Nabi SAW. melalui hadits-haditsnya.
  5. Bayan dengan isyarat, seperti isyarat nabi SAW sambil menunjukkan semua jari tangan dalam satu isyarat “satu bulan adalah seperti ini, seperti ini dan seperti ini. Maksudnya 30 hari. Kemudian nabi memebrikan isyarat lagi dengan telapak tangannya sampai tiga kali, dan pada urutan ketiga beliau tidak menunjukkan ibu jarinya sebagai isyarat bahwa dalam bulan terkadang ada yang hanya sejumlah 29 hari.




Pemahaman ke 7 (Mutlaq & Muqoyyad)


﴿المبحث السابع في المطلق والمقيد﴾

المطلق : ما دل على الماهية بلا قيد من قيودها

والمقيد : ما دل على الماهية بقيد من قيودها

واعلم ان الخطاب اذا ورد على مطلقا يبقى اطلاقه وان ورد مقيدا يبقى على تقيده. وان ورد مطلقا فى موضع ومقيدا فى موضع اخر يحمل المطلق على المقيد كالرقبة قيدت بالايمان فى بعض المواضع فى كفراة القتل فى قوله تعالى    ...الآية واطلقت فى بعض المواضع كما فى كفارة الظهار فى قوله تعالى فتحرير رقبة


Terjemah:


Pembahasan Ke - 7
Mutlq & Muqoyyad

Mutlaq (المطلق) adalah lafal yang menunjukkan hakikat sesuatu hal tanpa adanya batasan. Sedangkan muqoyyad (المقيد) adalah lafal yang menunjukkan suatu hal dengan adanya batasan (taqyid).

Penting diketahui bahwa apabila terdapat perintah (khithab) yang bersifat mutlak atau umum, maka ia harus diberlakukan seperti keumumannya. Begitupun ketika terdapat perintah yang dibatasi (muqoyyad) atau bersifat khusus, maka ia harus diberlakukan berdasarkan kadar pembatasan atau kekhususannya tersebut. Namun ketika perintah itu bersifat mutlak pada satu sisi dan muqoyyad pada sisi yang lain, maka sisi kemutlakannya harus ditangguhkan dan diberlakukan sisi kekhususannya. Contohnya seperti lafal “roqobah” (budak) yang dibatasi dengan sifat beriman dalam hal kafarat membunuh. Allah SWT berfirman QS. al-Nisa' (4): 96.

   ...الآية

Artinya :
(Hendaklah) Ia memerdekakan seorang hamba yang beriman…
Dalam bagian lain, lafal roqobah berlaku umum seperti pada kafarat zhihar dalam firman Allah SWT QS. al-Mujadalah )58): 3.

                       

Artinya:
Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."





Pemahaman ke 8 (Mantuq & Mafhum)



﴿المبحث الثامن فى المفهوم والمنطوق﴾
فالمنطوق : ما دل عليه اللفظ فى محل النطق

والمفهوم : ما دل عليه اللفظ لا فى محل النطق

فالمنطوق ينقسم الى قسمين :

الاول : ما لا يحتمل التأويل , ويسمى النص , كقوله تعالى " فاصيام ثلاثة ايام فى الحج وسبعة اذا رجعتم تلك عشرة كاملة...الاية "

الثانى : ما يحتمل التأويل , ويسمى الظاهر , كقوله تعالى "  ...الاية " ظاهره جمع ايد وذاك محال فى حق الله تعالى فصرف الى معنى القوة

والمفهوم ايضا ينقسم الى قسمين :

مفهوم الموافقة : وهو ما كان المسكوت عنه موافقا للمنتوق به كمنع الضرض للابوين المفهوم من قوله تعالى "     ...الاية " وكمنع احراق مال اليتيامى من قوله تعالى " •           ... الاية

والمفهوم المخالفة : وهو ما كان المسكوت عنه مخالفا للمنطوق به , كعدم وجوب الزكاة على المألوفة المفهوم من قوله صلى الله عليه وسلم " فى ساْيمة الغنام زكاة " رواه الشافعى. وعدم الحج فى غير اشهر معلومات. قال تعالى "   • ...الاية ". وجواز البيع يوم الجمعة اذا لم يؤذن مؤذن. قال تعالى "                ...الاية " 


Terjemah:

Pembahasan Ke - 8
Mantu & Mafhum

Mantuq (المنطوق) adalah penunjukan lafal terhadap suatu hal (hukum) ketika diucapkan, sedangkan Mafhum (المفهوم) adalah penunjukan lafal terhadap hukum yang tidak diucapkan.

Pembagian Mantuq
  1. Al-Nash. Yaitu lafal yang tidak mengandung takwil. Seperti firman Allah SWT. QS. al-Baqarah (2):196.

  2.             ...الاية 

    Artinya:
    “…Maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kalian semua telah pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna.”
  3. Al-Zahir. Yaitu lafal yang mengandung takwil atau perlu takwil. Contohnya seperti firman Allah QS. al-Dzariyat (51):47.

  4.      

    Artinya:
    “Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa.”
    Lafal ايد adalah bentuk jamak dari lafal يد yang berarti tangan, dan hal itu (tangan) mustahil bagi Allah SWT. Maka dari itu lafal ايد dalam ayat tersebut dipalingkan ke makna القوة yang berarti kekuatan.


Pembagian Mafhum
  1. Mafhum muwafaqoh. Yaitu penunjukan hukum yang tidak disebutkan mempunyai kesamaan dengan hukum yang diucapkan. Seperti pencegahan atau larangan memukul kedua orang tua yang dapat dipahami dari firman Allah QS. al-Isra' (17):23.

  2.        •  •                 

    Artinya:
    “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
    Larangan membakar (atau hal-hal yang sifatnya merusak) harta anak yatim yang dapat dipahami dari firman Allah QS. al-Nisa' (4): 10.
    •              

    Artinya:
    “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
  3. Mafhum mukholafah. Yaitu lafal yang disebutkan tidak sama dengan yang diucapkan. Contohnya antara lain adalah sebagai berikut:
  4. Tidak adanya kewajiban zakat bagi hewan yang digunakan untuk bekerja yang dipahami dari sabda Nabi SAW:

  5. فى ساْيمة الغنام زكاة

    Artinya:
    “Pada hewan-hewan yang digembalakan terdapat (wajib) zakat.”
  6. Tidak adanya haji kecuali pada bulan-bulan tertentu yang telah masyhur dari pemahaman firman Allah QS. al-Baqarah (2):197.

  7.   •                      •   •   •   

    Artinya:
    “Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”
  8. Diperbolehkannya jual beli pada hari Jum'at sebelum dikumandangkannya azdan yang dipahami dari firman Allah QS. al-Jum'ah (62): 9.

  9.                       

    Artinya:
    “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”




Pemahaman ke 9 (Perbuatan Nabi SAW.)



﴿ المبحث التاسع ﴾
فى فعل صاحب الشريعة صلى الله عليه وسلم

فعل النبي صلى الله لا يخلو اما ان يكون على وجه القربة والطاعة او لا يكون . فان كان على وجه القربة والطاعة فان دل الدليل على الاختصاص به حمل على الاختصاص كزيادة فى النكاح على اربع نسوة . قال الله تعالى " فانكحوا ما طاب لكم مثنى وثلاث ورباع...الاية ". وعن ابن عمر قال اسلام غيلان وتحته عشر نسوة فى الجاهلية فاسلمن معه فامر صلى الله عليه وسلم ان يختار منهن اربعا. رواه احمد وابن ماجه والترمذي.

فان لم يدل على الاختصاص به لا يختص به بل يشاركه امته. قال الله تعالى "         ...الاية "

ولذلك قالوا : الاصل فى افعال النبى صلى الله عليه وسلم الاقتداء الا ما دل الدليل على الاختصاص به.


Terjemah:


Pembahasan Ke - 9
Perbuatan Nabi SAW.

Perbuatan Nabi SAW. terkadang bersifat qurbah (ibadah taqorrub) dalam artian taat dan kadang juga tidak bersifat demikian. Ketika perbuatan Nabi bersifat taqorrub atau taat serta adanya dalil yang menunjukkan kekhususan pada diri Nabi maka hal itu berlaku khusus untuk Nabi SAW. Seperti memiliki istri lebih dari empat. Allah berfirman QS al- Nisa' (4): 3.

         ...الاية 

Artinya:
“Maka kawinilah wanita-wanita yang kamu sengangi dua, tiga, atau empat…”
Namun ketika perbuatan Nabi SAW. tidak disertai dalil yang menunjukkan kekhususannya pada diri Nabi SAW. maka perbuatan tersebut tidak berlaku khusus pada Nabi SAW., tetapi juga meliputi umatnya. Alllah berfirman QS. al-Ahzab (33): 21.

                

Artinya:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum asal semua perbuatan Nabi SAW. itu untuk diikuti kecuali ada dalil yang menunjukkan kekhususan pada Nabi SAW. saja dalam suatu perbuatan.



Pemahaman ke 10 (Ketetapan Nabi SAW.)



﴿ المبحث العاشر ﴾

فى اقرار صاحب الشريعة

اقرار النبى صلى الله عليه وسلم على قول من احد كقوله صلى الله عليه وسلم.

اقراره صلى الله عليه وسلم على الفعل من احد كفعله صلى الله عليه وسلم , لانه معصوم من ان يقر احدا على المنكر. مثال ذلك اقراره صلى الله عليه وسلم ابا بكر على قوله رضي الله عنه باءعطاء سلب القتيل لقاتله , اقراره صلى الله عليه وسلم خالد بن الواليد رضى الله عنه على الاكل الضب. رواه شيخان.

وما فعل او ما قيل فى غير مجلسه وعلم به ولم ينكره فحكمه حكم ما فعل او ما قيل فى مجلسه كعلمه صلى الله عليه وسلم لحلف ابي بكر رضى الله عنه انه لا يأكل الطعامفى وقت غيظه ثم اكل لما رأى الأكل خيرا . رواه مسلم.

ويستفا\ منه جواز الحنث بل ندبه بعد الحلف اذا كان خيرا.



Terjemah:


Pembahasan Ke - 10
Ketetapan Nabi SAW.

Ketetapan Nabi SAW. atas ucapan seseorang memiliki kedudukan yang sama dengan ucapan Nabi SAW. sendiri. Begitu juga ketetapan Nabi SAW. atas pekerjaan seseorang memiliki kedudukan yang sama dengan pekerjaan Nabi SAW. hal itu karena Nabi SAW. bersifat maksum (terjaga) untuk mengakui perbuatan ingkar seseorang.

Contoh dari keterangan diatas adalah pengakuan Nabi SAW. pada sahabat Abu Bakr RA. yang memberikan harta rampasan perang orang kafir yang terbunuh kepada pasukan muslim yang berhasil membunuhnya dan pengakuan Nabi SAW terhadap sahabat Khalid bin Walid RA. yang memakan biawak.

Sesuatu yang dikerjakan atau diucapkan tidak dihadapan (majlis) Nabi SAW. namun terjadi atas sepengetahuan Nabi SAW. mengetahui dan tidak pula mengingkarinya maka memiliki kedudukan hukum yang sama dengan pekerjaan atau perkataan yang dilakukan dihadapan Nabi SAW.

Seperti pengetahuan Nabi SAW. Dengan sahabat Abu Bakr RA. yang pada saat murka bersumpah untuk tidak makan, namun kemudian melanggar sumpahnya sendiri setelah meyakini adanya kebaikan dalam makan, yakni menjaga kesehatan tubuh berdasarkan contoh dan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan diperbolehkannya melanggar sumpah, bahkan disunatkan untuk melanggar sumpah ketika hal itu mengandung sesuatu yang lebih baik.





Pembahasan ke 11 (Ijma')



﴿ المبحث الحادى عشر ﴾

فى الاجماع

الاجماع لغة : الاتفاق

وصطلاحا : اتفاق امة محمد صلى الله عليه وسلم بعد وفاته فى عصر من الاعصار على امر من الامور. والاجماع حجج عند الجمهور . لما اخرجه الترمذى عن ابن عمر عن النبى صلى الله عليه وسلم " لا تجتمع امتي غلى الضلالة ويد الله على الجماعة "

والاجماج يصح بقولهم وبفعلهم , ويصح أيضا بقول البعض وبفعل البعض وانتشار ذلك القول او الفعل وسكوت الباقين عليه , ويسمى ذلك بالاجماع السكوتى. واجتمعوا علي نقض الوضوء بالخارج المعتاد من السبلين وهو البول والغايط.

واعلم ان الشافعى قد استدل على اثبات القياس وخبر الواحد بان بعض الصحابة عمل به ولم يظهر من الباقين انكار فكان ذلك اجماعا سكوتيا.


Terjemah:


Pembahasan Ke - 11
Ijma'

Ijma' menurut bahasa adalah kesepakatan atau konsensus. Sedangkan menurut pengertian istilah, Ijma berarti kesepakatan umat islam setelah wafatnya Nabi SAW. pada suatu masa terhadap satu dari beberapa perkara atau permasalahan. Ijma' menurut jumhur ulama' adalah hujjah. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW.:

لا تجتمع امتي غلى الضلالة ويد الله على الجماعة " اخرجه الترمذي"

Artinya:
“Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Pertolongan Allah atas jamaah.”
Ijma' bisa atau sah terjadi dengan ucapan sebagian ulama' dan perbuatan sebagian yang lain, tersiarnya kabar mengenai perkataan atau perbuatan tersebut. Adapun sikap diamnya sebagian ulama' yang lain terhadap terjadinya kesepakatan itu disebut dengan ijma’ sukutiy. Para ulama' telah bersepakat bahwa sesuatu yang biasa keluar dari dubur (anus) dan qubul (kelamin) yaitu kencing dan buang air besar adalah membatalkan wudhu.

Perlu juga diketahui bahwa imam Syafi'i RA. telah menetapkan qiyas dan hadits ahadd untuk kegiatan penetapan (istinbat) hukum, sebagaimana telah dilakukan oleh sebagian sahabat dan tanpa adanya pengingkaran dari sahabat yang lain. Dengan demikian, hal ini juga dinamakan ijma' sukutiy.



Pembahasan ke 12 (Qiyas)



﴿ المبحث الثانى عشر ﴾

فى القياس

القياس حجج. قال الله تعالى " فاعتبروا يا أولى الابصار"

القياس لغة : تقدير الشيء بأخر ليعلم المساواة بينهما. تقول قست الثوب بالذراع اي قدرته به

واصطلاحا : رد الفرع الى الاصل بعلة تجمعهما فى الحكم. كقياس الارز على البر فى الربا بجامع الطعام.

واركانه اربعة : الفرع , الاصل , حكم الاصل , علة حكم الاصل.

وهو ثلاثة اقسام :

١.قياس العلة وهو ما كان العلة فيه موجبة للحكم. كقياس الضرب على التأفيف للوالدين فى التحريم بعلة الاءيذاء. قال الله تعالى " ولا تقل لهما اف "

٢.قياس الدلالة وهو ما كان العلة فيه دلالة على الحكم ولا تكن موجبة للحكم. كقياس مال الصبى على مال البالغ فى وجوب الزكاة فيه بجامع انه مال تام. وجوز ان يقال : لايجب فى مال الصبي كما قال به ابو حنيفة فيه قياسا على الحج فانه يجب على البالغ ولايجب على الصبي

٣.قياس الشبه وهو الحاق الفرع المردد بين الاصلين باكثرهما شبها. كما في العبد اذا اتلف فانه مردد فى الضمان بين الانسان الحر من انه ادمي فيجب على من اتلفه القصاص وبين البهيمة انه مال فيجب عليه قيمته وهو بالمال اكثر شبها من الحر بدليل انه يباع ويورث ويوقف ويضمن وأجزاؤه بما نقص من قيمته.



Terjemah:


Pembahasan Ke - 12
QIYAS

Qiyas adalah hujjah. Allah SWT. berfirman QS. al-Hasyr (59):2.

   

Artinya: 
“…Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”
Al-Qiyas (القياس) menurut bahasa adalah mengukur atau memperkirakan sesuatu atas sesuatu yang lain untuk mengetahui persamaan diantara keduanya, seperti mengukur pakaian dengan lengan. Sedangkan menurut istilah, qiyas berarti mengembalikan hukum cabang (far') kepada hukum asal karena adanya ‘illat (alasan) yang mempertemukan keduanya dalam hukum. Seperti menqiaskan beras terhadap gandum dalam harta ribawiy dengan titik temu berupa keduanya sama-sama makanan pokok.

Rukun Qiyas ada empat yaitu:
  1. far',
  2. asal,
  3. hukum asal, dan
  4. illat hukum asal.

Macam-macam qiyas, di bagi menjadi tiga:
  1. Qiyas al-illat
  2. Yaitu sesuatu yang illat didalamnya menetapkan hukum. Seperti menqiyaskan memukul dengan ucapan yang tercela kepada kedua orang tua dalam keharamannya dengan alasan menyakitkan hati orang tua. Allah berfirman QS. Al-Isra' (17):23.

        ...الاية 

    Artinya: 
    “…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "Ah".”
  3. Qiyas al-dilalah
  4. Yaitu sesuatu yang illat didalamnya menunjukkan pada hukum akan tetapi illat tersebut tidak menetapkan pada hukum. Seperti menqiyaskan harta anak kecil dengan harta orang dewasa dalam kewajiban zakat dengan adanya titik temu bahwa harta anak kecil termasuk harta yang sempurna (al-mãl al-tãmm). Boleh juga mengatakan tidak wajib zakat -seperti yang dikatakan Abu Hanifah- dengan menqiyaskan pada haji yang mana, haji wajib bagi orang dewasa adapun anak kecil tidak wajib untuk haji.
  5. Qiyas al-syibh
  6. Yaitu mempersamakan hukum cabang (far') yang masih diragukan antara dua asal dengan mengambil keserupaan yang lebih banyak dari asal tersebut. Contohnya dalam pembahasan budak yang dibunuh, apakah sipembunuh wajib dikenai hukum qishas karena budak juga termasuk manusia, ataukah cukup hanya dengan membayar ganti rugi dengan alasan adanya keserupaan budak dengan binatang, bahwa budak adalah harta. Dalam hal ini budak lebih banyak keserupaannya dengan binatang (harta) sebab, budak bisa diperjual-belikan, diwariskan, dan diwakafkan.





    Pembahasan ke 13 (Ijtihat, Ittiba', Taqlid)



    ﴿ المبحث الثالث عشر ﴾

    فى الاجتهاد والاتباع والتقليد

    الاجتاد هو بذل الوسع فى نيل حكم شرعي بطريق الستنباط من الكتاب والسنة. واسم الفاعل منه المجتهد

    والاتباع هو قبول قول القايل وانت تدري من اين مأخذه. واسم الفاعل منه متبيع.

    والتقليد هو قبول قول القايل وانت لا تدري من اين مأخذه. واسم الفاعل منه مقلد.

    والاجتهاد فى الدين مطلوب وكذلك الاتباع. والتقليد مذموم.

    قال تعالى :    •  ...الاية

    وقال النبي صلى الله عليه وسلم : اذا حَكمَ الحاكمُ فاجتهدَ فاصاب فله اَجْرانِ اذا حَكمَ فاجتهدَ فَاخْطأ فله اجرٌ واحدٌ "رواه البخارى و مسلم"

    وقال تعالى :       ...الاية

    وقال تعالى :                         

    وقال تعالى :       •    



    Terjemah:


    Pembahasan Ke - 13
    Ijtihad, Ittiba', dan Taqlid

    Ijtihad ialah mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan hukum syara' dengan jalan menyandarkan hukum (istinbath) kepada al-Quran dan al-Sunah. Orang yang melakukan ijtihad disebut dengan mujtahid.

    Ittiba' adalah menerima ucapan orang lain serta mengetahui sumbernya, dan orang yang melakukan ittiba’ disebut dengan muttabi'.

    Taqlid adalah menerima ucapan seseorang tanpa mengetahui dasarnya, dan orang yang melakukan taqlid disebut dengan muqollid.

    Ijtihad dalam permasalahan agama sangat dibutuhkan. Begitupun dengan ittiba'. Sedangkan taklid dalam agama dianggap sebagai suatu pekerjaan yang hina, karena berdampak lebih jauh terhadap kemunduran umat.

    Dalil-dalil untuk ketentuan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

    QS. al-Ankabut (2): 69.

       •   •    

    Artinya:
    Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”

    Hadist Nabi SAW. :

    اذا حَكمَ الحاكمُ فاجتهدَ فاصاب فله اَجْرانِ اذا حَكمَ فاجتهدَ فَاخْطأ فله اجرٌ واحدٌ "رواه البخارى و مسلم"

    Artinya:
    “Jika seorang hakim membuat keputusan (menghukumi) dengan berijtihad kemudian benar, maka baginya dua pahala, jika menghukumi dengan berijtihad dan ternyata salah, maka baginya satu pahala." (HR. Bukhari dan Muslim).

    QS. al-A'raf (7): 3.

                 •  

    Artinya :
    Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).”

    QS. al-Maidah (5): 104.

                             

    Artinya:
    “Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.”

    QS. al-Zukhruf (43): 22.

          •     

    Artinya:
    “Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan Sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".”

Ushul Fiqih Mabadi Awaliyah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown